PENTINGNYA MENANAMKAN NILAI EMPATI
BAGI PESERTA DIDIK
Oleh
SARIP HUSEIN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.,(Undang-undang tentang sistem pendidikan
nasional.nomor 20 tahun 2003)
Makna yang terkandung dalam konsep di atas adalah potensi yang akan dikembangkan dari perserta didik lebih dominan mengenai emosi yang sarat dengan pendidikan nilai.
Salahsatu nilai yang perlu diberikan sejak dini adalah nilai empati,. Empati menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.(http://www.dakwatuna.com/2009/mengasah-empati-berbagi-simpati)
Selanjutnya Empati adalah kemampuan memahami kerangka berfikir dan merasakan orang lain secara akurat dan menggunakan komponen emosional dan kognisi makna yang berhubungan dengan seolah-olah “as if” seperti yang dialami orang tersebut, namun tanpa pernah hanyut kedalam kondisi tersebut. Dengan demikian,empati berarti merasakan suasana hati atau kesenangan orang lain sebagai mana yang dia rasakan dan memahami penyebab seperti yang ia rasakan, tetapi tanpa pernah kehilangan pengakuan bahwa itu adalah seolah-olah saya yang terluka atau yang sedang berbahagia,dsb….http://yogoz.wordpress.com/2011/02/02/konsep-sikap-dan-perilaku-empati/
Manakala nilai empati dapat diberikan kepada peserta didik sejak dini bukanlah hal yang mustahil akan lahir sosok pemimpin/generasi yang senantiasa dapat memberikan kebahagiaan kepada orang lain sekalipun tidak
berbentuk materi.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rosululloh Saw.Suatu ketika para sahabat yang sedang berada di masjid Nabawi terusik kesyahduan dzikir mereka dan spontanitas bereaksi emosional tatkala seorang laki-laki Arab badui tiba-tiba berulah kencing di dalam masjid yang saat itu lantainya masih berupa tanah. Demi melihat situasi panas tersebut Rasulullah saw dengan penuh empati dan kelembutan menyikapi dan meluruskan peristiwa tesa dan antitesa sikap
reaksi berang sahabat dan aksi bodoh Arab badui tersebut. Beliau memerintahkan para sahabat untuk bersabar dan membiarkan Arab badui menyelesaikan hajatnya serta meminta mereka menyiram bekas kencingnya agar merembes ke tanah dan hilang najisnya. Setelah situasi reda dan dapat diatasi, Rasulullah segera memanggil mereka semua. Beliau memberikan bimbingan kepada para sahabat tentang sikap empatik yang akan membawa hikmah yaitu dengan memaklumi ketidaktahuan Arab badui tersebut, menyadari reaksi kesabaran akan dapat menyelesaikan masalah tanpa
menimbulkan masalah baru.
Para sahabat akhirnya mengerti bahwa sikap empati yang membuahkan solusi masalah dengan menyiram dan membersihkan kencing sebagai pelajaran bagi si badui bahwa perbuatannya tidak benar yang telah mengotori tempat yang seharusnya dijaga kesuciannya. Selain itu, mereka menyadari bahwa bersabar menanti selesainya kencing si badui akan menghindari tiga mudharat yakni gusarnya si badui yang merasa terusik hajatnya, menyakiti saluran kencing si badui yang terganggu kelancarannya, dan meluasnya area najis akibat kepanikan si badui dalam menuntaskan hajatnya. Kepada si badui Nabi saw memberikan pemahaman secara halus bahwa perbuatannya tidak benar karena telah kencing di masjid dan itu tidak pada tempatnya sebab masjid dibangun sebagai tempat suci untuk dzikrullah dan shalat.
Jelang mendapat penjelasan empatik Nabi, si badui sangat terpesona padanya dan sebaliknya masih kecewa dengan sikap berang sahabat seraya berdoa “Ya Allah masukkanlah aku dan Muhammad ke dalam surga dan janganlah Engkau masukkan ke dalamnya seorang pun selain kami.” Lagi-lagi demi mendengar doa yang tidak arif itupun nabi menyikapinya dengan penuh empati demi melihat kenaifannya tanpa membodoh-bodohkannya seraya meluruskan doanya: “Wahai kamu, ketahuilah bahwa surga itu sangat luas dan jika kita berdua saja yang masuk niscaya akan sangat kesepian”.http://www.dakwatuna.com/2009/mengasah-empati-berbagi-simpati/
Para pendidik berperan dalam mengembangkan nilai ketika anak mulai masuk sekolah. Pada saat inilah anak mulai memasuki dunia nilai yang ditandai dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk…..para pendidik perlu mengajarkan nilai tidak cukup dengan vara yang bersifat verbal melainkan paling utama dan berdaya guna adalah melalui keteladanan. (Zaim Elmubarok, 2007:33)
Nilai Empati Secara konkritnya . Seorang peserta didik jika melihat temannya bersedih, dia akan menanyakan apa yang membuatnya bersedih, dia akan mendekati dan menanyakan apa yang membuatnya sedih, Peserta didik-pun memiliki rasa peduli terhadap orang lain atau adanya kepekaan sosial.
Guru sebagai pendidik mutlak harus memiliki kompetensi kepribadian (Undang-undang nomor 14 tahun 2005) maka sudah selayaknya guru mengenalkan/menanamkan nilai empati pada peserta didik yang dapat dilakukan
melalui cara;
Pertama; Kita sebagai guru harus peka terhadap kondisi emosi peserta didik. Sehingga ketika peserta didik bermasalah, dengan adanya kepekaan dari kita, peserta didik akan segera merasa terbantu / minimal gangguan emosinya menjadi lebih ringan.
Kedua; Lakukan tegursapa kepada peserta didik setiapkali bertemu, sehingga peserta didik merasa senantiasa mendapat perhatian dari kita sebagai gurunya.
Ketiga; Jangan tabu untuk mengucapkan terimakasih kepada peserta didik ketika mereka menyesaikan tugas-tugas yang kita berikan maupun atas suatu prestasi yang telah mereka capai.karena kata “terima kasih” merupakan “magic words” yang akan membuat orang lain senang.
Keempat; suatu waktu membahas berkaitan dengan musibah maupun penderitaan orang lain, hal ini diharapkan dapat menyentuh emosi peserta didik.
Kelima; Kita selalu menengok atau minimal menanyakan kondisi terakhir ketika peserta didik sakit.
Keenam; Kita mengajak peserta didik untuk membantu/menyumbang sesuai kemampuan kita, untuk teman atau siapa-pun yang mengalami suatu bencana.
Ketujuh; Suatu waktu peserta didik kita ajak untuk berkunjung ke panti asuhan atau ketempat-tempat kumuh.
Kedelapan; mengajak peserta didik untuk belajar membahagiakan teman atau orang lain. Ketika ada teman yang nilai ulangannya kurang atau adanya kekurangmampuan dalam belajar, peserta didik tidak mencemoohkan, namun haru belajar membantu minimal mendorong temannya agar mau berprestasi.
Kesembilan; Ketika meminta bantuan orang lain biasakan untuk mengucapkan kata “tolong”
Kesepuluh; yakinkan kepada peserta didik bahwa alangkah indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang lain bahagia. Alangkah menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain.
Daftar Pustaka :
Zaini Elmubarok, 2007. Membumikan pendidikan nilai. Mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus dan menyatukan yang tercerai.Bandung:Alfabeta.
http://www.dakwatuna.com/2009/mengasah-empati-berbagi-simpati
http://yogoz.wordpress.com/2011/02/02/konsep-sikap-dan-perilaku-empati/
http://www.dakwatuna.com/2009/mengasah-empati-berbagi-simpati/
Banjaran, 08 Agustus 2011
SARIP HUSEIN PENGAWAS TK DAN SD KEC. BANJARAN
BIODATA
NAMA : SARIP HUSEIN
Tempat/Tgl Lahir : Bandung/ 25 Desember 1957
Unit Kerja : UPTD TK DAN SD DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KECAMATAN BANJARAN.
Jabatan : Pengawas TK dan SD
Jabatan Organisasi : Ketua Cabang PGRI Banjaran
Artikel Yang pernah dimuat diharian Umum Pikiran Rakyat :
“Mindset” Kepala Sekolah di Era MBS (6 Oktober 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar